Tuesday, 16 June 2015

Rezim JoKowi Sang Pengacau Kenyamanan

Semester pertama rezim Joko Widodo, mantan wali kota Solo dan Gubernur DKI ini sukses mengacaukan negeri ini. Pertama adalah murkanya sejumlah Negara terhadap Indonesia akibat dari eksekusi mati sejumlah terpidana sindikat pengedar  Narkoba.

Selanjutnya pembubaran Petral yang diyakini sejumlah pihak sebagai sarang mafia minyak di Indonesia. Yang konon pula disebut-sebut sebagai penyebab kebocoran anggaran hingga trilyunan.

Hal lainnya adalah soal sepakbola, dimana rezim ke-7 ini dengan tegas mendukung pembekuan PSSI oleh Menpora.

Bagi saya pribadi, yang menarik justru terjadinya pergeseran isu besar-besaran secara nasional, terkait situasi - kondisi bangsa ini, tentang hal utama atau ancaman sebenarnya terhadap negeri ini.

Contoh, jika rezim sebelumnya, masa SBY, negeri ini seolah tengah mengalami ancaman besar berupa aksi terorisme. Namun seketika berubah usai Jokowi  dilantik, bahwa sebenarnya negeri ini tengah menghadapi ancaman yang ternyata jauh lebih krusial, lebih besar, lebih rumit, lebih berbahaya, serta jauh lebih masiv. Narkoba.

Jika pada rezim-rezim sebelumnya, aparat keamanan hanya mampu menangkap dan mengamankan pengguna Narkoba. Alhamdulillah, di semester awal rezim presiden berwajah ndeso ini, jaringan pengedar barang haram ini seolah berkurang lahan bisnisnya.

Mirisnya lagi, dalam operasi perang melawan peredaran barang haram ini terungkap telah melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat. Sebab, sindikat peredaran barang haram ini justru mampu merekrut para pihak yang dari aspek legalitas  berada dalam barisan pasukan penghancur peredaran Narkoba, mulai Polisi, Jaksa, Sipir penjara, dan lainnya.

Isu terorisme sendiri seolah langsung sedikit memudar kemilaunya, sejak Jokowi naik tahta di negeri ini, berganti dengan isu Narkoba. Semua pihak seakan tersadar, jika sebenarnya Indonesia begitu terjajah oleh sindikat penjahat yang telah lama mencekeram negeri ini, telah sekian lama merontokkan sendi-sendi akal sehat sebagian anak-anak bangsa, yang tak mengenal status sosial dan profesi hingga usia, baik itu pria-wanita, muda-tua, dewasa-balita, dari sipil hingga TNI/Polri.

Isu Narkoba juga sempat dipelintir sedikit pihak sebagai alat pencitraan cabinet Indonesia hebat.

Bahkan, tampilnya Jokowi di perhelatan politik nasional, pada Pilpres 2014 silam, seolah telah memporandakan tradisi politik nasional.

Hantaman isu miring terhadap sosok Jokowi, mulai dari keturunan Cina hingga antek Komunis, bahkan juga isu konyol Capres tidak ganteng disematkan ke pribadi Jokowi.

Diangkatnya Susi Pudjiastuti, yang disebut hanya tamatan SMP turut membalik dogma dunia politik nasional.

Keberhasilan Jokowi membalik tradisi politik nasional inilah, yang saya pahami sebagai program Revolusi Mental.

Anda ingin menambahi?

0 komentar :

Post a Comment

lahan tani lahan tani lahan tani lahan tani